SPIRIT MEMENANGKAN PKB DI INDRAMAYU 2024 (BAG. I)
Oleh. : Adlan Daie
Analis politik elektoral/Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat.
Riset penulis atas tumpukan data pemilu menemukan fakta bahwa fluktuasi naik turunnya suara PKB di Indramayu sejak pemilu pertama tahun1999 hingga pemilu terakhir tahun 2019, lima kali pemilu di era reformasi, menunjukkan pola trend elektoral yang relatif sama. Yakni mengikuti trend fluktuasi naik turunnya elektoral suara PKB secara nasional, tidak bersifat "anomali" secara lokal.
Trend elektoral secara umum di atas tidak secara khusus dialami PKB tak terkecuali pula secara fluktuatif dialami partai Golkar dan PDIP. Bedanya saat trend partai Golkar naik atau turun secara nasional karena posisinya sebagai rejim politik di indramayu trend kenaikannya bisa dahsyat dan sebaliknya bisa menahan "erosi" penurunannya tidak signifikan saat partai Golkar secara nasional mengalami trend penurunan.
Data pileg 2004 dan 2009 miisalnya saat PKB turun secara nasional trend penurunan pun dialami PKB Indramayu secara elektoral pada dua kali pileg tersebut. Riset data ini menjelaskan bahwa naik turunnya elektoral PKB di Indramayu tidak bersifat "otonom" lokal atau seolah olah "faktor" elektabilitas dan "isi tas" para calegnya melainkan mengikuti trend elektoral PKB secara nasional. Posisi caleg meskipun variabel penting dalam sistem pemilu "proporsional open list" tapi bersifat sub ordinat terhadap elektoral partai.
Studi dan riset lembaga survey "Indikator politik" atas data pemilu 2004 dan 2009 pada level nasional terhadap 44 dapil dari total 77 dapil di Indonesia memperkuat fakta kuantitatif bahwa secara umum caleg diuntungkan trend elektoral partai dan bukan sebaliknya. Dengan kata lain, dalam konteks PKB makin tinggi elektoral PKB makin mudah para calegnya berkompetisi mentransformasikan suara partai pada perolehan suara caleg selain tentu caleg sendiri secara reseprokal dan timbal balik memberikan sedikit tambahan efek elektoral.
Itulah yang menjelaskan seorang caleg hebat dengan isi "tas" nya dari partai tertentu dapat meraih elektoral secara personal sangat tinggi tiba.tiba "ambyar" saat ia misalnya pindah pencalegan ke partai lain di dapil yang bukan basis elektoral partainya. Perpindahan suara partai hanya sedikit sekali mengikuti perpindahan caleg ke partai lain. Pileg berbeda faktor elektoralnya dengan pilihan kepala desa atau pilkada yang bertumpu pada magnit ketokohan. Elektoral pileg bertumpu dominan pada elektoral partai dengan salah satu nya variabel kinerja caleg.
Analisis data pemilu di atas harus diletakkan bahwa spirit memenangkan PKB di Indramayu 2024 adalah spirit kerja kolektivitas struktural partai di mana komponen kerja caleg bagian dari salah satu variabelnya. Inilah yang selama ini salah kaprah dalam konteks membaca pileg seolah olah ibarat kerja politik personal pilihan kepala desa hingga salah pula mendesain strategi dan spirit pemenangannya tidak diletakkan dalam konstruksi kerja struktural partai melainkan nyaris sepenuhnya dibiarkan seolah olah kerja kompetitif caleg.
PKB saat ini secara nasional di sejumlah lembaga survey di kisaran 10%. Data survey ini harus dibedah PKB Indramayu dan "membreak down" ke level Indramayu untuk mendesain srategi detailnya dikomparasikan dengan peta elektoral per dapil di mana dalam pemiu sistem proporsional saat ini satu dapil membutuhkan minimal 7% suara secara komulatif untuk meraih satu kursi dan memerlukan tambahan hingga 21% suara jika diproyeksikan untuk raihan dua kursi. Dari situlah desain target raihan kursi diletakkan dalam kerja terukur.
Demikian sedikit tukar tambah gagasan ikhtiar membangun spirit memenangkan PKB di Indramayu 2024 tentu akan disusul kelak bagian kedua tulisan ini terkait kekuatan "Party-ID" (basis original) PKB sebagaimana riset lembaga survey SMRC dan kemungkinan cara melompat ke basis di luar nya antara lain dengan program sosial 'Indikator politik" yang tidak menoton, tampilan legislatifnya "lebih merakyat", tidak bergaya "ala Dandless" dan lebih "genit" terhadap policy bupati yang dipandang defisit bagi maslahat rakyat.
Wassalam. (*)