COME BACK NYA H. SUPENDI DI PANGGUNG POLITIK INDRAMAYU.
Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik & sosial keagamaan.
Dua orang (mantan) pejabat Indramayu - level kepala dinas - yang mengerti "sel sel" politik birokrasi Indramayu "meyakinkan" penulis bahwa H. Supendi, mantan bupati Indramayu, terpidana kasus korupsi hendak maju dalam pilkada Indramayu 2024. Argumentnya simpel bahwa H. Supendi segera bebas murni sebelum digelarnya pilkada 2024 dan tidak memiliki hambatan yuridis karena putusan pengadilan atas dirinya tidak diikuti pencabutan "hak politik" nya untuk dipilih dan memilih.
Memang seperti diktum lama Otto Van Bismoch, politisi jerman abad 19, "politics is the art of possible", bahwa politik sulit dibatasi garis dan varian kemungkinannya. Kemungkinan H. Supendi "come back" adalah.kemungkinan "sah" dalam.politik dan bahkan kelak kemungkinan dapat memenangkan kontestasi pilkada indramayu 2024 bukan sesuatu yang "aneh" dalam peta historis politik elektoral di Indonesia.
Publik Indramayu (sebagian) mungkin kaget dan "nyinyir" atas kemungkinan "come back" nya H Supendi di atas. Tapi jika benar misalnya beliau memiliki "intensi" dan niat untuk maju dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024 maka inilah peta baru panggung politik Indramayu dari kemungkinan yang selama ini penulis konstruksi hanya berputar pada tiga nama, yakni Nina,, H. Syaefudin, Lucky Hakim dan varian kemungkinan politik calon bupati dari PKB.
H. Supendi penulis mengenalnya adalah "fully" birokrat yang mengerti."kisi kisi" politik Indramayu. Hampir dua periode menduduki "political apointe", yakni sebuah jabatan politik wakil bupati dan sempat menjadi bupati saat bupati Ana Shopanah mengundurkan diri dari jabatannya tahun 2018. Gestur politik H. Supendi kalem, tidak meledak ledak, piawai menjaga harmoni dengan hampir semua jaringan sosial dan cenderung kompromistis dalam format jalan solusi mengakomudasi aspirasi keragaman lapis lapis sosial.
Problem bahwa beliau (mantan) pejabat terpidana korupsi betapa pun menjadi "citra" negatif yang melekat dalam dirinya bukan sesuatu yang berat untuk "disulap" menjadi kelebihannya dalam persepsi publik. Permainan politik wacana di era media sosial atau dalam perspektif Benidect Anderson "political imagined" H. Supendi justru dapat mengkonstruksi diri secara politik sebagai korban jebakan politik untuk memuai insentif elektoralnya di mana mayoritas rumpun pemlih bersifat "melodramatis", gampang kasian.
Study sejumlah lembaga survey atas terpilihnya Andika Hazrumy, putera Hj. Atut, terpidana korupsi, terpilih menjadi wakil Gubernur Banten dan terpilihnya Rita Widiyasari, puteri Syaukani, terpidana korupsi, terpilih menjadi bupati Kutai Krtanegara adalah sedikit bukti kasuistis bahwa memori publik gampang melupakan masa silam figur publik. Bahkan seorang figur politik yang terlibat prilaku "mesum" dan tak terampuni secara moral publik hanya dalam waktu singkat mampu dipilih rakyat dan terplih kembali menjadi anggota DPR RI.
Inilah misteri politik elektoral di Indonesia, juga misteri atas kemungkinan H. Supendi "come back" di panggung politik Indramayu dalam pilkada 2024. Karena itu, Nina, Syaefudin, Lucky Hakim atau siapa pun figur politik di Indramayu hendak maju dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024 tidak dapat mengabaikan variabel kemungkinan come backnya H. Supendi di atas.
Mari kita nikmati dinamika proses politiknya hingga dua tahun ke depan tanpa "politik baper" karena politik sejatinya memang jalan "kemungkinan tak bertepi", luas dan rumit. Disitulah "sexi" dan menariknya dunia politik.
Tabik !!;
Wassalam.