News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

KH. MARZUKI MUSTAMAR, NU DAN PKB

KH. MARZUKI MUSTAMAR, NU DAN PKB

 


Oleh : H. Adlan Daie.

Penulis buku "Potret politik Gus Muhaimin".




Buatlah polling atau bahkan survey opini publik standart lembaga survey profesional dan "kredibel" dengan list pertanyaan: "Partai apa di antara semua partai di Indonesia yang paling dekat dan paling mewakili perjuangan politik serta memberi jalan maslahat bagi mobilitas akses warga NU dalam relasi kebijakan negara?  



Jawabannya hampir pasti dapat diduga tidak kurang dari 80% akan menjawab PKB.



Itulah kesimpulan illustratif penulis setelah menyaksikan berulang ulang video sambutan KH. Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur di depan ribuan jamaah warga NU yang viral akhir akhir ini di platform media sosial "nstagram" (lihat link video : https.www.instagram.com/reel.



PKB menurut KH. Marzuki Mustamar adalah satu satunya partai politik yang paling mewakili "gestur" NU dan telah terbukti memberi effect maslahat pada jam'iyah dan jama'ah NU.



Dalam konteks sambutan KH. Marzuki Mustamar di atas  jelas bahwa PKB bukan sekedar instrument "political game" dalam sistem demokrasi.  Lebih dari itu, PKB alat perjuangan politik Nahdlatul Ulama (NU) dalam ikhtiar mengukuhkan pandangan keagamaan NU yang moderat di level perjuangan politik praktis melalui.PKB.



Problemnya selama ini adalah pada level pemahaman tentang "NU kembali ke ikhittah 1926" dipahami secara "simpel" yakni NU mengambil jarak yang sama dengan kekuatan partai politik manapun dan dalam "realisme" politiknya lalu dipahami bahwa NU "tidak kemana mana tapi ada dimana mana".  



Akibatnya mudah kita saksikan sejumlah elite PBNU memainkan "politik zig zag" dengan argument dan cara yang "lentur". Inilah yang dimaksud Burhanudin Muhtadi (2004) sebagai "kekecualian NU" yang rumit dan sulit diringkas dalam satu definisi tunggal.



Dalam perspektif penulis spirit "kembali ke khittah 1926" sebagaimana keputusan Muktamar NU ke 27 pada tahun 1984 di Situbondo Jatim adalah spirit menghindarkan NU dari "mafsadat" represif rejim orde baru terhadap NU dan spirit NU mendirikan PKB tahun1998 adalah spirit mengambil "maslahat" dari perjuangan politik seiring terbukanya kran sistem demokasi. 



Dalam konteks "maslahat" itulah makna penting yang hendak disampaikan KH. Marzuki Mustamar dalam sambutan di atas bahwa  PKB "la.raiba fih", tidak ada keraguan sedikit pun mewakili perjuangan politik  NU secara lahir dan batin pada level politik praktis.



Artinya, dalam memahami "kembali ke khittah" NU dalam konteks diktum ushul fiqih  "Al hukmu yaduru ma'al illah wujudan wa adaman", bahwa daya ikat formula "kembali ke khittah" tergantung "illat" atau sebab yang mengikutinya sekurang kurangnya supporting  NU terhadap ikhtiar kolektif untuk memenangkan PKB adalah bagian dari cara pandang "khittah NU" kekinian dalam mewujudkan visi "maslahat" NU kepada umat, bangsa dan negara melalui perjuangan politik praktis PKB.



Maka, sungguh aneh bin ajaib jika sebagian elite PBNU justru menampilkan semangat hendak memisahkan PKB dari NU atau boleh jadi inilah cara rumit PBNU  "menyuntik" semangat gerakan nahdliyin bersatu  untuk memenangkan PKB.



Tabiiik !!!

Wallahu a"lamu bish shawab.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.