PELUANG PUAN DAN RESIKO POLITIK GANJAR
Oleh : Adlan Daie
Wakil Sekretaris NU Jawa Barat (2010-2021)
Debat "keras" Trimadya Panjaitan, petinggi PDIP versus Eko.Kunthadi, pegiat media sosial Pro Ganjar di acara ILC Karni Ilyas - Versi youtube, 3/6/2022.- mengirim pesan politik bahwa Ganjar Pranowo bukan pilihan PDIP untuk dicalonkan maju sebagai capres dalam pilpres 2024 meskipun Ganjar didukung penuh "bekas" relawan Jokowi pada pilpres 2019. Trimadya Panjaitan (juga Masinton Pasaribu dan kader kader struktural PDIP lainnya) cenderung "menjagokan" Puan Maharani maju dalam kontestasi pilpres 2024.
Nalar politik Trimadya Panjaitan dkk di atas dapat dibaca bahwa kontestasi pilpres 2024 adalah momentum politik yang tepat bagi Puan maju sebagai Capres dari PDIP untuk kesinambungan "trah" Bung Karno dalam menjaga spirit perjuangan PDIP. Puan politisi "trah" Soekarno dan Megawati, kakek dan ibundanya, generasi kedua dari representasi politik PDIP. Usianya matang dalam posisinya sebagai ketua DPP PDIP bidang politik dengan pengalaman politik memadai di portofolio kementerian dan kini ketua DPR.RI. Perempuan pertama dalam sejarah republik Indonesia.
Posisi politik Puan di atas harus dibaca cermat oleh Ganjar Pranowo,, tidak hanyut dan menghanyutkan diri dalam buaian survey dan "jebakan" politik relawan "outcoursing" untuk maju dalam pilpres 2024.. Ganjar bisa bernasib sama seperti dulu dialami Rustriningsih, mantan Wakil Gubernur Jateng, bintang PDIP di eranya lalu "ditelan bumi" pasca konfrontatif dengan PDIP, partai yang membesarkannya. Itulah resiko politik yang harus dibaca Ganjar jika berani keluar dari "kandang" PDIP dan dipinang koalisi partai non PDIP.
Momentum Pilpess 2024 berbeda dibanding kontestasi pilpres sebelumnya. Pilpres 2024 adalah momentum politik di mana proses transisi politik PDIP dari Megawati ke Puan sedang berlangsung dan tepat waktu. PDIP partai tangguh secara ideologis. Megawati pemegang tunggal kendali partai sudah teruji melewati beragam tekanan politik. Karena itu pola "political game" framing survey dan gerakan politik relawan Ganjar menekan PDIP menyerahkan tiket pilpres 2024 dengan pola pola di atas
akan gagal. Justru beresiko politik bagi Ganjar jika bersifat "abu abu" sikap politiknya.
Bagi PDIP peta survey elektoral figur figur politik yang dirilis sejumlah lembaga survey hanyalah salah satu variabel. Kekuatan basis politiik PDIP ditopang daya rekat ideologis partai dan daya juang spartan kader kadernya di akar rumput secara kolektif dengan jiwa "gotong royong". Dulu tahun 2013 saat pertama kali Ganjar maju dalam pilgub Jateng hanya dengan modal elektoral 3% jauh dibawah Bibit Waloyo, Gubernur petahana. mampu membalikkan angka survey melalui kerja kerja politik partai secara terstruktur, sistemik dan massif (TSM).dan memenangkan pilgub Jateng 2013.
Itulah dalam perspektif penulis yang melandasi keyakinan PDIP sebagaimana tercermin dari sikap politik Bambang Pacul (Ketua DPD Jateng), Trimadya Panjaitan, Masinton Pasaribu dan para kader struktural PDIP untuk memajukan Puan sebagai Capres 2024. Puan - sekali lagi - bagi PDIP adalah representasi "trah" Bung Karno, titik kesinambungan penjaga politik kebangsaan PDIP, potensial menang dengan kerja kerja politik khas "gotong royong"nya dan menjadi bagian dari proses transisi normal PDIP dari Megawati ke Puan Maharani.
Disitulah variabel variabel membaca kuatnya Puan maju dalam pilpres 2024 dan potensial memenangkannya.
Tabikk !!!
Wassalam.