TOBRONI, M.Pd., M.Si. : KEPAK SAYAP ELANG DARI KAMPUS HIJAU KAPLONGAN.
Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan.
Tampilan foto Tobroni, M.Pd.,M Si. dengan "gestur milenial" dalam bentuk baliho berdampingan dengan H. Dedi Wahidi (sapaannya "Dewa"), anggota fraksi PKB DPR RI di sejumlah titik lokasi di wilayah Indramayu ibarat "kepak sayap" elang dari Kampus Hijau Kaplongan.
Sebagaimana diktum Otto Van Bismoxh, kanselir Jerman abad 19 bahwa "politics is the art off the possible" publik tentu leluasa menafsirkan ke mana arah "kepak sayap" akan terbang kelak dengan varian kemungkinan dan beragam perspektif politisnya.
Tobroni - selanjutnya tidak disebut ulang gelar akademiknya - memang adik kandung dari H. Dedi Wahidi.
Dari foto yang terpampang dalam baliho di atas setidaknya dalam metafor penulis H. Dedi Wahidi hendak mentransfer aura dan mensubsdi magnik "inner power" dan popularitasnya secara "merangkak dan mendaki". Bukan jalan "instan" yang lepas dari konteks proses suasana kebatinan untuk memperkaya khazanah imajinasi jalan solusi hidupnya.
Kepak sayap Tobroni "si elang" terbang dimulai dari menjadi kepala SMK.NU Kaplongan Indramayu dalam satu kompleks pendidikan dengan satuan jenjang pendidikan lainnya mulai TK NU, SD NU, SMP NU, SMP Darul Ma'arif (pesantren putera puteri), SMA NU,. SMK NU maritim, Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP NU) - dalam proses menjadi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU).
Fasilitas dan sistem management pendidikannya modern dan terukur berbasis amaliyah keagamaan sebagaimana eksplisit nama pendidikannya, yakni " Nahdlatul Ulama (NU).
Tobroni telah memimpin SMK NU Kaplongan selama 20 tahun dan dalam kurun waktu lma tahun terakhir merangkap menjadi kepala STKIP NU Kaplongan.
SMK NU Kaplongan dibawah kepemimpinan Tobroni (tentu dengan monitoring perfeksionis dari H. Dedi Wahidi) terbukti menjadj salah satu SMK swasta terbaik di Indonesia ditandai besarnya jumlah siswa/siswi yang berminat masuk di SMK NU ini hingga harus melakukan penjaringan test masuk disesuaikan dengan fasilitas dan SDM yang terukur dalam standart indeks pendidikan secara profesional.
Lebih dari 75% out put siswa/siswi SMK NU Kaplongan jelang lulus secara formal sudah diterima di sejumlah pabrik manufakturing kendaraan bermotor, industri industri padat modal dan lain lain.
Artinya konsepsi pendidikan "link and match" yang dulu diinisiasi BJ. Habibi (1988) di mana out put pendidikan harus adaptif dengan kebutuhan kerja modern dapat berjalan dengan sangat baik justru dalam wadah pendidikan NU yang selalu diidentikkan dengan "traditional oriented".
Itulah sebabnya Tobroni makin "mengepakkan sayap" nya terbang makin tinggi seiring dengan kesempatan "studi banding" pendidikan yang diperolehnya sebagai "reward" dari prestasi SMK NU Kaplongan yang dipimpinnya.
Tobroni bukan saja berkesempatan "studi banding" di pusat pusat keunggulan pendidikan di dalam negeri, bahkan "studi banding" hingga ke pusat pusat pendidikan di luar negeri seperti Hongkong, Malaysia, dan Tiongkok.
Dalam diksi Imam Syafie (salah satu dari empat madhab keagamaan) konteks proses yang ditempuh Tobroni disebut "ladzidul 'ais fin nashobi", keringat memang tidak akan mengkhianati hasil.
Jadi, dari sisi kompetensi, pengalaman di dunia pendidikan dan lingkungan politik yang mengasahnya jelas Tobroni memiliki kapasitas memadai untuk mengeksekusi peta jalan misalnya memimpin Indramayu dengan angka IPM yang hingga saat ini masih mangkrak di level bawah melalui "hulu" pendidikan.
Sekurang kurangnya Tobroni dalam pandangan penulis dengan kapasitas SDM yang dimilikinya tidak akan mudah terjebak jualan visi "religius". Ibarat bermain air kepercik muka sendiri. Religius tapi prestasi MTQ nya buram se buram buram nya. Ambyaaaaar !!!.
Pertanyaan "sexi" nya apakah Tobroni kelak akan mengikuti jejak kakaknya, H. Dedi Wahidi, terjun dalam kontestasi politik praktis tahun 2024? Jawabannya "Wallahu a"lamu bish showab".
Mari kita tunggu semesta menuntunnya ke arah mana kepak sayap elang akan hinggap di bumi pengabdiaannya kelak.
Wassalam..